-
AndesBuilding
All about my creation, ©copyright andezbuilding™ -
GIGABYTE
Technology has moved beyond machines and circuitry. It is the foundation of modern life and
has become an integral part of how we learn, share, and create with others in an interconnected world. -
Creators of Civil Engineering
see her page for more details, you will find many things from her... -
Visit Indonesia
find many wonders in Indonesia
miss u teman....
"hai...mau berteman?"
sebuah kalimat sederhana memulai suatu pembicaraan yang akan menjalin suatu hubungan indah. Teman. Setiap orang mempunyai teman, setiap orang membutuhkan teman, setiap orang menjadi seorang "teman". Dengan cara yang berbeda, situasi yang bervariasi, dan tempat yang tak pernah diduga. Semua begitu misterius, semua terjadi dengan cepat tanpa kita sadari. Karena skenario yang sebenarnya sudah ada, nyata tanpa terdeteksi. Skenario setiap orang untuk menemukan seorang teman...Takdir. Seorang teman yang akan sangat berharga dalam hidup kita atau hanya berlalu dan terlupakan. Teman adalah suatu hubungan indah tak mengikat, tak menyalahkan, dan tak merugikan. Hanya ada keindahan dalam suatu hubungan pertemanan, bahkan saat teman itu menyakiti. Sakit itu akan terasa indah, saat kita bisa memandang dengan sudut pandang yang berbeda, tanpa emosi...bahwa ia mengenalkan kita rasa "sakit" itu, yang akan memberi kita kekuatan untuk tetap bertahan. Teman hanya teman, tidak akan menjadi "mantan".
Teman juga manusia
Teman juga kadang lupa
Teman juga bisa salah
Teman itu memaafkan
semua akan terasa sangat berharga ketika mulai menjauh dan hilang.
Hanya tertinggal kenangan ...
miss u my friend....
Mencari Jejak yang Hilang
5 Desember 2010 di Jakarta. Sekian detik kemudian 23.20 menjadi 23.21. Entahh apa lagi yang aku tunggu hingga saat ini aku tak kunjung memberikan hak mata untuk meletakan tanggung jawabnya.Ia masih harus terjaga.
Beberapa malam yang lalu aku pun menuliskan tentang hal yang sama. Malam yang tak kunjung aku relakan untuk meninggalkanya. Sebenarnya, Jakarta sudah tak lagi bising seperti 10 jam yang lalu, sudah tak serungsing 11 jam yang lalu. Hanya suara musik kaka cs yang masih sibuk menggetarka gendang telingaku.
....
Hampir selalu setiap ada sesuatu yang salah, saat ada sesuatu yang harus aku tanyakan. Gelap malam dan kerlip bintang memberikan jawaban bisunya. Mereka juga pernah menampar dan membuatku terkapar saat aku mencoba tak mengakuinya.Aku melawan bahwa malam tak berhak melemparkan aku kedalam kesunyian, malam tak boleh menawan aku dalam kebisuan. Aku masih mau bicara, aku masih ingin menyerang semua pendapat-pendapat dan kenyataan. Persetan dengan malam yang ternyata memaksa aku harus diam.
Hampir selalu setiap aku merasa gundah, saat ada sesuatu yang harus kuceritakan. Dinginnya malam mampu membekukan kesedihan, ketenangannya memeluku agar segera terdiam dari isak tangis yang tak perlu ditunjukan. Ia mengajarkan aku agar tetap tenang. Tak perlu takut, dan kecewa meski kehadiranya tak pernah dianggap istimewa, tugasnya hanya menjaga dan melindungi jiwa-jiwa manusia yang lelah dan terbaring dalam tidur lelapnya. Hingga ia pun dilupakan setelah mentari terbangun dan siap memancarkan pesona cahayanya, menyapa gadis-gadis desa yang nampak sumringah ditepi-tepi sungai dengan cuciannya, di pinggir-pinggir sawah mengantarkan bekal untuk makan siang paman petani. Ia pun dicampakan. Meski malam tak pernah menceritakan semuanya itu, tapi ia selalu rela dan siap mendengar keluh kesahku.
Pernah di sebuah malam, aku melukis sebuah impian. Tepat di samping konstelasi bintang aquarius. Aku memulainya dengan goresan daftar keinginan, lalu aku mencoba membuatnya lebih indah dengan warna-warna rencana dan target tujuan. Semakin indah saat satu persatu tapak kaki dari langkahku juga aku torehkan. Aku memandangnya, lalu menghapus beberapa warna yang seepertinya terlalu gelap, agak abu-abu dan tak disukai bidadari-bidadari penjaga malam. Lalu mereka menuntun tanganku untuk memberikan warna yang indah dengan cinta.Lukisan malamku semakin sempurna saat kubingkai dengan lantunan doa.
Lukisan impian itu seharusnya masih ada, seharusnya masih tinggi seperti halnya bintang gemintang yang bercahaya. Seharusnya, ia menjadi sebuah rasi penunjuk arah langkah saat aku beristirahat dari lelah dan sakit oleh pecutan kehidupan. Seharusnya, aku masih menemukannya saat aku berkunjung menemui malam, saat aku mulai bercerita dan mengadu kepada malam.
Dan sekarang aku bersama malam Jakarta, yang beberapa detik lalu telah berubah dan berganti dengan nama hari yang berbeda. Senin 6 desember 2010. Dan saat ini tepat berumur 12 menit. Aku telah berbasa basi dan menggurauinya, agar terkesan akrab dan aku tak lagi sungkan untuk menanyakan padanya tentang sebuah lukisan mimpi yang pernah aku titipkan. Aku sudah siapkan beberapa tuntuan agar ia tak berasalasan bahwa sore tadi langit malam tertutup awan, agar ia tak lagi mengalihkan pembicaraan dengan menceritakan kesedihannya dengan rintik gerimis yang memilukan.
Malam masih diam. Malam tetap membisu dan tak kunjung menunjukan dimana lukisan mimpiku ia simpan. Ia tetap dingin, acuh dan tak peduli dengan raut air mukaku yang berubah dari marah menjadi layu memelas hingga pasrah. Aku mulai ikut terdiam, menunduk dan tak menyalahkan malam. Seharusnya aku tak pernah mengundang setan-setan untuk bermain dan menemui aku ditengah malam. Harusnya aku tak biarkan ia dengan sesuka hati menghapus dan merubah warna-warna impianku dengan tinta hitam. Membebaskanya menghapus jejak-jejak kaki pemandu arah tujuan.
Sudahlah.
Ini saatnya untuk memutuskan hubungan dengan semua yang mempengaruhiku untuk memilih warna-warna hitam.
Meski ini malam, meski ini sedih dan diam.
....
Saat ini aku akan memulai melukiskan impianku yang baru. Mencoba mendokumentasikan setiap jejak langkah yang mengantarku pada satu titik tujuan. Sebuat titik yang aku harus yakini bahwa disanalah aku mendapatkan cayaha yang aku butuhkan untuk menerangi dan menyinari malam. Agar ia tak lagi kesepian, agar ia bercerita dengan tema kebahagiaan. Agar ia ikhlas memeluku hingga lelah dan penatku hilang dan siap berlari menaklukan angkuhnya matahari siang.
Selamat tinggal malam
aku mohon nyanyikan aku sebuah lagu agar aku tak risau meninggalkanmu
agar aku nyaman dalam pelukanmu
hingga kau berpamitan dan mengantarku menemui pagi
Jakarta, 5-6 Desember 2010.
ini bukanlah saat itu
Hai gadis!
masihkah kau simpan bara di dalam jiwa?
akan kemanakah kau cari penawar luka yang aku tau begitu dalam menggores hatimu.
hari telah berganti
ini bukanlah saat, dimana kau juga pernah menoreh luka yang sama dijantungku.
Hei Gadis!
ternyata kamu salah, dan benar-benar salah. Dia bukanlah apa yang kamu butuhkan. meski kau menginginkanya.
Ikhlaskanlah, agar lukamu lekas mengering.
ini bukanlah saat, dimana kau pernah meninggalkan aku saat terpuruk.
Hai perempuan yang diwajahnya bergelayut lamunan
kau bukan diciptakan untuk menjadi sekuat baja
yang harus menahan terpaan, menahan siksaan
aku ingin satu saja senyuman
karena ini bukanlah saat, dimana kau pernah memaksaku mengutuk dan mengumpat seisi dunia.
Sebentar lagi langit akan menjadi hitam
akan kemanakah kau berlindung dan meminta kehangatan?
kamu memang tak lagi seindah saat pertama aku memujimu
kamu juga tak seberharga saat aku ingin sejenak bersandar di bahumu, dulu.
tangismu, harusnya membuat aku tertawa. Menertawai kebodohanmu.
Tapi, ini bukanlah saat dimana kamu pernah menanam benci di hati ini.
Sekarang bangkit dan berdirilah
karena aku mempunyai cinta yang tak terhingga.
berteduhlah di bawah gubuk cintaku.
Hapuslah air matamu, di sana ada banyak cerita yang aku simpan khusus untukmu.
Gadis! Aku masih mencintaimu.
Kukejar dan Kutangkap Kau
Malam minggu tak kunjung habis, masih tersisa sedikit setelah gerimis. Mataku sebenarnya menginginkan untuk beristirahat karena jam kerjanya yang cukup banyak. Padahal untuk bisa berfungsi dan bekerja dengan baik ia bergantung pada dua buah lensa yang bertengger tepat sejajar dengan pupil matanya.
Buang Sampah Bisa? Apa Terbiasa?
Jika Nanti Aku Jauh darimu
Belum lama matahari tenggelam, saat ini langit mulai temaram. Tak beda dengan hari-hari yang berlalu, aku masih sibuk memperhatikan dirimu. Dihampir tiap kesempatan yang ada, aku menikmati rasa bahagia ada di dekatmu, mendengar apapun cerita dari bibirmu. Dari apa yang sedang kamu pikirkan, umpatan-umpatan kesal dengan kejadian seharian, sampai keluh dan kesahmu tentang apa yang kamu inginkan. Aku selalu menyimaknya dengan seksama, karena apapun suara yang keluar dari bibirmu pasti terdengar merdu. Aku jatuh cinta padamu, dan hampir setiap waktu aku mengatakanya.