Akhirnya Kakakku Disunting


Akhirnya 24 Desember 2009 saudara perempuanku dilamar orang, kabar gembira aku sampaikan karena aku merasa sangat senang. Berarti beban dan tanggung jawab yang selama ini aku rasakan akan berkurang. Dari tanggal 23 kita sekeluarga telah mempersiapkan segala hal, walaupun akhirnya kita kewalahan pas hari pelaksanaannya. Aku yang tadinya gak biasa bersibuk ria, menjadi ikutan seksi wira-wiri dan akhirnya pasti aku yang jadi tukang ojeknya mamiku. Yah berhubung tempatku pedesaan jadi kalau mau mencari kebutuhan harus pergi ke kota dan kami juga bukan orang kaya yang bisa menyewa tempat atau beli catering.

Cuaca panas Kebumen dan teriknya matahari buatku serasa terbakar, kayaknya perlu sunblock. Tapi terlalu berlebihan kalau cowok memakai sunblock, nanti dikira cowok metropolis. Untung ada Mbak Tati, dia saudara yang tinggalnya di kota, jadi dia cuma nemenin ibu belanja. Tanggal 22 itu adalah hari ibu, jadi momen itu aku anggap sebagai baktiku pada mamiku, walaupun aku pikir bakti itu tidak sebanding dengan apa yang telah aku dapatkan selama ini darinya. Semoga ada cinta dan kasih dari ibu di seluruh dunia. Tau panasnya minta ampun, tapi tetep semangat walaupun seperti orang hilang pas nunggu di pasar. Beruntung ada satu sms, dua sms, dan sms-sms berikutnya yang menemaniku. Kulihat beberapa anak punk yang nongkrong di tempat itu, pakaiannya lusuh tak terawat gitu. Dia membawa alat musik berupa gitar kecil (kentrung), mungkin dia pengamen jalanan yang sepertinya lagi ogah-ogahan buat ngamen. Beberapa orang lalu lalang lewat depanku, tak tahu sampai berapa orang yang terlewatkan. Lama nian mamiku belanja, tapi tetap semangat apalagi ada yang ngucapin lewat sms kalau hari itu hari ibu. Meskipun aslinya bete nungguin.
Ada seseorang yang selalu melihat ke arahku, walaupun aku agak kepedean tapi gak apa-apa si, daripada mataku aku anggurin. Lumayan juga si cewek, hemm. . pikirku. Gerah juga sebenarnya setiap harus memandang ke depan pasti pas-pasan dengan si cewek, malu kan kalau akhirnya saling pandang. Jam 12 siang sungguh panas, sampai aku tak kuat menahan jaket yang membalut tubuhku, ingin sekali aku lepas. Tak lama kemudian aku lihat orang yang aku kenal ngantri di pangkalan angkutan umum. Dia melihatku dan melambaikan tangan, aku menimpalinya. Sambil membawa tas besar dan kardus yang berukuran cukup besar, aku lihat dia begitu kesusahan membawa kardus itu. Lama nian makku belanja, akhirnya dua orang yang kutunggu datang juga. Mamiku bersama Mbak Tati, ternyata Mbak Tati cuma mengantar ibuku sampai ke pangkalan tadi, dan dia langsung pamitan untuk pulang. Aku lihat ibuku tak membawa barang belanjaannya, sudah aku bayangkan kalau aku nantinya akan membawa seabreg barang belanjaan. Lucu juga kayaknya bawa karung berisi sayur-sayuran dan lainnya, tapi ternyata belanjaannya sudah dititipin di angkutan umum, dan kamipun pulang ke rumah.
Pagi 24 Desember, orang-orang sudah mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, tinggal aku saja yang masih bermalas-malasan. Sekitar jam 8 saudaraku menelpon suruh jemput di kota. Maklumlah tempatku terlalu jauh dari kota kami, sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan. Jadi wilayah kami dibentengi oleh bukit-bukit. Aku sebal dengan jalan desaku, begitu parah dan terbengkalai tak tahu sengaja dibiarkan atau memang tidak ada dana buat memperbaikinya, maklumlah kabupatenku merupakan kabupaten miskin. Perjalanan yang sebenarnya bisa ditempuh 15 menit, gara-gara jalan yang rusak akhirnya molor menjadi 30 menit. Pagi itu sudah cukup ramai di jalan, mungkin menjelang libur panjang akhir pekan jadi aktifitas pagi cukup ramai. Andaikan hari biasa, jam 8 pasti sudah sepi, karena biasanya anak sekolah berangkat jam 7 pagi. Aku menunggu saudaraku di pos pemberhentian bis, tak begitu lama menunggu akhirnya aku mendapatinya. Betapa tercengangnya aku, ternyata saudaraku membawa oleh-oleh sangat banyak. Dibungkus dengan kardus yang besar, berat pula. Jadi aku membawa barang tersebut agak kesulitan. Sampai jalan yang belum rusak masih bisa bernafas, tetapi setelah masuk jalan yang rusak parah, rasanya ingin sekali cepat-cepat sampai rumah. Perjuangan panjang yang aku lalui, akhirnya sampai juga di rumah, ternyata orang-orang sudah mulai kumpul, ada beberapa keluarga yang datang. Kakek dan Nenekku juga ada di situ. Berhubung situasi sudah kondusif, aku lalu mengambil handuk dan mandi, kebetulan dari pagi tadi aku belum mandi.
Jam 10.00 wib calon pelamar datang beserta keluarga, tak disangka walaupun tak begitu banyak tapi semua tamu pasti tidak akan muat jika harus menempati tempat, maklumlah rumahku hanya rumah sederhana yang berukuran sedang. Jika harus menampung orang sebanyak itu, maka dipastikan ada tamu yang berada di luar. Kebetulan yang mau menyaksikan adalah kerabat-kerabat dekat, sementara keluarga besarku begitu jauh jadi tak sempat untuk mengikuti acara hari itu. Ketika seserahan dan doa dilantunkan maka selesailah sudah acara lamaran. Dua keluarga menentukan hari pernikahan dengan perhitungan jawa, ya kami memang dari etnis jawa dan kebetulan juga calon kakakku juga jawa. Jadi kesepakatan itu terjadi karena persamaan etnis tadi. Dan 25 hari dari tanggal acara, pernikahan itu akan dilaksanakan.

Selamat ya kak, semoga dari hal-hal yang tidak mengenakan dulu akan berbuah manis untuk sekarang dan nantinya.

2 Response to "Akhirnya Kakakku Disunting"

  1. Irda says:

    nama kakakmu sapa ka?

    anddez says:

    Mbak Rini Irda.. (maaf baru ol lagi)

Post a Comment

Mohon komentar jangan berbau sara dan merugikan orang lain, semoga wadah ini bisa menjadi sesuatu yang baik buat kita. Isi komentar di luar tanggung jawab kami.

powered by softple