Kereta Terakhir Diana
1:17 AM
softpeople
, Posted in
Cerita
,
0 Comments
Mengenakan sebuah pakaian lusuh seperti halnya seorang pengemis aku menatap dia sembari memalingkan wajahku ke arah rel kereta. Lamunanku membuatku goyah akan dirinya, lalu lalang berisik keping-kepingan suara berjalan mengusiku. Ku buka sebuah buku usang di balik tasku, ku buka lembar demi lembar tapi pandanganku tak pernah beralih dari dia. Rambut hitam panjang terurai mengikuti jejak angin malam itu. Raut wajah yang begitu mempesona mengingatkanku pada neina praweswari (* dalam catatan sebelumnya).
Pada lembar buku yang ke 163 aku hentikan sejenak, di sana tertuliskan bahagiaku berada dalam kehancuran. Sejenak aku berpikir dengan kata-kata itu, dia yang telah sibuk dengan dunianya, dia yang telah meninggalkan keceriaan, dia anggap duniaku adalah beda. Memikirkan sesuatu hal kalau dia adalah sesuatu yang paling aku hargai, membuatnya nyaman atas penglihatanku adalah hal yang akan aku lakukan. Lorong-lorong stasiun kereta yang gelap menambah suasana dingin yang aku rasakan, mata ini terus mencari-cari pandangan atas dirinya. Aku dikejutkan suara pemberitahuan dari stasiun, bahwa kereta itu sebentar lagi akan datang. Dan semakin sedikit pula waktu yang aku punyai untuk memperhatikanya.
Jam menunjukan pukul 22.17 wib. Kereta datang dengan segala ornamennya, dengan berbagai orang di dalamnya dan aku bergumam lagi sepersekian detik aku akan kehilangan pandangan atas dirinya. Dia mulai beranjak dari kursi tempat duduk stasiun dan melangkah memasuki kereta itu, sudah selesai kebersamaanku malam ini dengannya. Aku sengaja tidak mengikuti dia karena aku naik kereta yang berbeda dan dengan tujuan yang berbeda pula. Sungguh sayang malam ini kulewatkan begitu saja, ku menutup buku yang aku baca tadi dan mengambil buku catatan serta ballpoint, aku tuliskan beberapa kata
Pada lembar buku yang ke 163 aku hentikan sejenak, di sana tertuliskan bahagiaku berada dalam kehancuran. Sejenak aku berpikir dengan kata-kata itu, dia yang telah sibuk dengan dunianya, dia yang telah meninggalkan keceriaan, dia anggap duniaku adalah beda. Memikirkan sesuatu hal kalau dia adalah sesuatu yang paling aku hargai, membuatnya nyaman atas penglihatanku adalah hal yang akan aku lakukan. Lorong-lorong stasiun kereta yang gelap menambah suasana dingin yang aku rasakan, mata ini terus mencari-cari pandangan atas dirinya. Aku dikejutkan suara pemberitahuan dari stasiun, bahwa kereta itu sebentar lagi akan datang. Dan semakin sedikit pula waktu yang aku punyai untuk memperhatikanya.
Jam menunjukan pukul 22.17 wib. Kereta datang dengan segala ornamennya, dengan berbagai orang di dalamnya dan aku bergumam lagi sepersekian detik aku akan kehilangan pandangan atas dirinya. Dia mulai beranjak dari kursi tempat duduk stasiun dan melangkah memasuki kereta itu, sudah selesai kebersamaanku malam ini dengannya. Aku sengaja tidak mengikuti dia karena aku naik kereta yang berbeda dan dengan tujuan yang berbeda pula. Sungguh sayang malam ini kulewatkan begitu saja, ku menutup buku yang aku baca tadi dan mengambil buku catatan serta ballpoint, aku tuliskan beberapa kata
Bagai membuat sebuah simpul tali
Yang tak pernah aku selesaikan dengan sempurna
Seperti membalik telapak tangan
Yang belum bisa aku berikan apa-apa untuknya
Mata yang selalu membuatku beralih atas hatiku
Membuat semua terasa hangat yang kurasa
Aku bermimpi atau bercerita
Mengenakan pakaian yang tak mampu aku beli
Aku sedang bercerita apa dalam tidurku
Seakan-akan mimpi atau nyata
Aku melihatnya beda
Aku mendengarnya dengan seluruh jiwa ragaku
Dalam ketidakmampuan ini aku berharap akan sebauh masa
Masa dimana aku bisa meluangkan mimpi-mimpi itu jadi cerita
Yang tak pernah aku selesaikan dengan sempurna
Seperti membalik telapak tangan
Yang belum bisa aku berikan apa-apa untuknya
Mata yang selalu membuatku beralih atas hatiku
Membuat semua terasa hangat yang kurasa
Aku bermimpi atau bercerita
Mengenakan pakaian yang tak mampu aku beli
Aku sedang bercerita apa dalam tidurku
Seakan-akan mimpi atau nyata
Aku melihatnya beda
Aku mendengarnya dengan seluruh jiwa ragaku
Dalam ketidakmampuan ini aku berharap akan sebauh masa
Masa dimana aku bisa meluangkan mimpi-mimpi itu jadi cerita
0 Response to "Kereta Terakhir Diana"
Post a Comment
Mohon komentar jangan berbau sara dan merugikan orang lain, semoga wadah ini bisa menjadi sesuatu yang baik buat kita. Isi komentar di luar tanggung jawab kami.