Haruskah Aku Menanti?
Ikan itu mulai mendekat menggerumuti kakiku yang sedari tadi memang sengaja aku ceburkan ke dalam air. Ada satu ikan yang tak memperdulikanku dia ikan yang menarik perhatianku dia berwarna kuning emas warna kulitnya beda dengan yang lainnya, mungkin karena beda jadi dia terlalu gengsi untuk berkeremun dengan temannya. Sesekali aku memberi makan ikan-ikan itu dengan remahan roti yang memang sengaja aku siapkan sebelumnya.
3 hari kemudian aku datang lagi kekolam itu dan tag kudapati lagi ikan-ikan yang biasanya di situ tapi alangkah terkejutnya ketika ikan yang berwarna kuning mulai mendekat dan seakan-akan ingin mengajak bermain, aku cuma tersenyum kecil melihat tinggah laku ikan itu. Dia mulai bermain dengan kakiku.
Hampir setiap hari aku datang dan bermain dengan ikan itu tak ada bosan-bosannya hingga datang satu saat yang tak pernah aku duga, dia menghilang, menghilang dari benaku, dia begitu jauh sampai-sampai ingin aku tenggelamkan kenanganku. Dari hari yang begitu kelam yang pernah aku miliki tak tersadar ketika aku harus kembali memahami posisiku. Sesekali aku masih mendatangi kolam itu sesekali juga aku lihat ikan itu, tapi dia telah bergembira dengan kelompoknya remahan roti yang biasa diperebutkan sudah tak lagi dia hiraukan.
Aku hanya bisa tersenyum dan kembali pulang. Telah beberapa hari, beberapa minggu dan beberapa bulan aku masih sibuk dengan pekerjaanku hingga aku jarang lagi ke kolam itu, aku lebih senang diam sendiri dengan kehidupanku. Aku yakin tanpa kebaradaanku di sana mungkin saja akan membuat keceriaan ikan-ikan yang hidup di kolam itu. Masih kuingat betul saat aku sering memberi makan ikan-ikan itu, bermain dengan mereka, saling mengungkapkan rasa keceriaan masing-masing. Semoga rasa itu tak akan pernah hilang. Walaupun kita hidup di dunia masing-masing, tapi masih kutulis cerita-cerita tentang dia.
Aku ingin menceritakan cerita ini pada anak cucuku, hingga batas lelah itu datang. Dia mulai ragu, atau aku yang ragu untuk keadaan ini. Di bawah pohon cemara dekat kolam aku termenung, melihat lalu lalang ikan yang mengharapkan sesuatu. Aku hanya bisa tersenyum, walaupun aku tahu senyum itu tak ada artinya sama sekali. Matahari pun mulai menyurut kala itu, dan aku mulai bergegas meninggalkan kolam itu, aku hanya menghabiskan satu batang roti untuk aku bagikan kepada ikan-ikan di dalam kolam itu.
3 hari kemudian aku datang lagi kekolam itu dan tag kudapati lagi ikan-ikan yang biasanya di situ tapi alangkah terkejutnya ketika ikan yang berwarna kuning mulai mendekat dan seakan-akan ingin mengajak bermain, aku cuma tersenyum kecil melihat tinggah laku ikan itu. Dia mulai bermain dengan kakiku.
Hampir setiap hari aku datang dan bermain dengan ikan itu tak ada bosan-bosannya hingga datang satu saat yang tak pernah aku duga, dia menghilang, menghilang dari benaku, dia begitu jauh sampai-sampai ingin aku tenggelamkan kenanganku. Dari hari yang begitu kelam yang pernah aku miliki tak tersadar ketika aku harus kembali memahami posisiku. Sesekali aku masih mendatangi kolam itu sesekali juga aku lihat ikan itu, tapi dia telah bergembira dengan kelompoknya remahan roti yang biasa diperebutkan sudah tak lagi dia hiraukan.
Aku hanya bisa tersenyum dan kembali pulang. Telah beberapa hari, beberapa minggu dan beberapa bulan aku masih sibuk dengan pekerjaanku hingga aku jarang lagi ke kolam itu, aku lebih senang diam sendiri dengan kehidupanku. Aku yakin tanpa kebaradaanku di sana mungkin saja akan membuat keceriaan ikan-ikan yang hidup di kolam itu. Masih kuingat betul saat aku sering memberi makan ikan-ikan itu, bermain dengan mereka, saling mengungkapkan rasa keceriaan masing-masing. Semoga rasa itu tak akan pernah hilang. Walaupun kita hidup di dunia masing-masing, tapi masih kutulis cerita-cerita tentang dia.
Aku ingin menceritakan cerita ini pada anak cucuku, hingga batas lelah itu datang. Dia mulai ragu, atau aku yang ragu untuk keadaan ini. Di bawah pohon cemara dekat kolam aku termenung, melihat lalu lalang ikan yang mengharapkan sesuatu. Aku hanya bisa tersenyum, walaupun aku tahu senyum itu tak ada artinya sama sekali. Matahari pun mulai menyurut kala itu, dan aku mulai bergegas meninggalkan kolam itu, aku hanya menghabiskan satu batang roti untuk aku bagikan kepada ikan-ikan di dalam kolam itu.
Tiga tahun yang berarti sudah aku lewati, ketika aku sedang membuka file-file lama dalam komputer bututku dan saat aku menemukan sebuah catatan kecil, catatan tentang ikan yang pernah jadi kenanganku. Mulai ku baca satu persatu lembaran catatan itu, kenanganku mulai bergerilya ke masa itu, masa dimana aku selalu ceria, masa dimana aku tidak menemukan keadaan buruk di dalamnya. Aku ingin kembali ke masa itu, bisakah aku kembali? Pikirku. Tiba-tiba hujan lebat mengguyur kota ini, dan aku semakin gelisah memikirkan masa laluku. . .
ikan itu pasti juga merindukanmu.........